my love my life and my passion
hidup itu belajar dan berbagi
Senin, 22 Oktober 2018
AADMDSI
Ada apa dengan Mertua dan saudara ipar(AADMDSI)?
Emang ada apa?????
Bagi yang belum menikah dan akan menikah pasti kalian akan bertanya-tanya emang ada apa dengan mereka? Calon mertua saya baik binggiiidtt dan saudara ipar saya manis-manis semua. Almost Perfect. Nyarisss Sempurna.
Sesungguhnya di dalam kata nyarisss itu ada kesempurnaan lain yang tidak pernah kamu perhitungkan sebelumnya. Apa itu??
Kalau mau tau nikah dulu sanaah!!wekawekacekakakakkk
Nah kalo buat kamu yang sudah menikah pasti langsung terbesit, mertua saya tuh ya bla bla bla, apalagi adik ipar saya, apalagi kakak ipar saya,,masyaaAllah,,,bla bla bla. "bla,bla,bla" nya diisi sendiri, berdasarkan pengalaman pribadi.
Dulu pertama-tama menikah saya sempat syockk, wah ternyata Ibu mertua saya tuh begini banget yak, bapak mertua saya begitu, kok adik ipar saya begitu sama saya? Kok kakak ipar saya ngomong nya gitu? Padahal dulu enggak gitu lho!
Sering saya berpikir kenapa kalau ibu saya yang marah-marah atau berkata dengan tangga nada tinggi nggak pernah saya ambil hati sedangkan kalau ibu mertua saya yang menasehati kok rasanya makjleb,clekit-clekit di hati? Dalam hati rasanya ngedumel.
Dan kenapa tiap kali mertua ingin tahu kondisi kita, kita anggap lebayy? Terlalu khawatir kita Anggap lebayy? Terlalu perhatian kita anggap lebayy? Dan terlalu,,, terlalu yang lain.
Hingga saya tersadar bahwa sebenarnya ilmu akulturasi budaya seharusnya saya pahami sejak sebelum menikah. Budaya yang mana? Budaya di keluarga Ku dan keluarga Mu lah yaaa. Budaya keluarga ini semacam kebiasaan yg berbeda-beda dalam setiap keluarga. Misalnya ada keluarga yang hobinya kalau manggil teriak-teriak,dan keluarga sebelah manggil dengan lirih.
Dengan menguasai Ilmu sosial ini insyaAllah akan mengubah paradigma kita para menantu bahwa sebenarnya mertua kita tuh nggak galak, nggak cerewet, nggak judess, mereka tuh biasa aja ngomongnya, cuma kita aja yang baper (bawa perasaan) kebawa lagu jaman Now "aku cuma punya hati,,,"(eniwey ada yang tahu itu lagu siapa?)
Bahwa sebenarnya mertua kita tuh nggak lebay cuma kita aja yang cueknya kebangetan.
Bahwa sebenarnya ketika mertua kita diam saja dan jarang bicara sama kita tuh bukan karena nggak suka dengan keberadaan kita cuma kita saja nggak ngeh kalau beliau nunggu kita ngajak ngomong duluan.
Bahwa sebenarnya kalau kita sering beda pendapat dengan ipar bukan berarti kita gak bisa kompak dengan doi cuma kita aja lupa kalau saudara ipar kita juga masih menyesuaikan dengan diri kita sebagai new comer dalam keluarga nya.
Bahwasanya baik mertua dan saudara ipar kita adalah manusia biasa seperti kita, punya kekurangan dan kelebihan. Nggak ada manusia yg mutlak tercela dan nggak ada manusia yang seratus persen sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Let's change our mind,, jangan lagi jadikan mereka sebagai keluarga asing di hati kita. Mereka sama seperti keluarga kandung kita, sama. Sama-sama ujian!hahaha
Cintai mereka sebagaimana kamu mencintai pasanganmu, karena mereka adalah paket komplit spesial pake telor yg dikirim oleh Allah untuk mu.
Demikian tulisan dari saya,new comer dalam ilmu analisis akulturasi budaya keluarga. Semoga bermanfaat.
Minggu, 28 Desember 2014
Derita Si Gigi Bontot
Lebih baik
sakit hati daripada sakit gigi ini,,,uwo uwo uwo….!!! ups kebalik ya?
Lebih baik
sakit gigi daripada sakit hati ini..
Lirik lagu
yang paling engga enak nih, pilihan kok ya sama-sama sakit?
Sumpah demi apapun (mi tek tek, mi ayam, mi goreng, mi baso) sakit
gigi ataupun sakit hati sama nggak enaknya guys!
Sama-sama gak bisa makan enak. Bedanya kalo sakit hati membuat kita
kehilangan nafsu makan sedangkan sakit gigi membuat kita gak bisa ngunyah makanan.
Bingung ya? Saya juga! Yah pokoknya gitu deh!
Kali ini saya akan berbagi pengalaman yang nggak jauh-jauh dari
perkara sakit gigi khususnya sakit gigi karena tumbuhnya si gigi paling bontot
alias gigi bungsu atau sering disebut wisdom
teeth.
Awal kisah dimulai sekitar sebulan yang lalu ketika gigi dan gusi saya
terasa cenat-cenut melebihi cenat-cenutnya Smash (korban boyband Indonesia).
Awalnya saya biarkan saja karena beberapa bulan yang lalu juga pernah
mengalami hal yang sama dan bisa sembuh dengan sendirinya tapi setelah tiga
hari berlalu, setelah beberapa kali minum asam mefenamat rasa sakit bukannya
berkurang malah semakin menjadi-jadi. Rasanya campur-campur deh, pusing,
cenat-cenut dan yang paling menyiksa adalah kesulitan ketika menelan makanan
ditambah lagi bonus gusi yang sedikit membengkak. Rasa sakitpun semakin
menjadi-jadi tapi saya juga tidak bisa berbuat apa-apa karena hari itu adalah
hari minggu, itu berarti semua praktek dokter gigi TUTUP! Selamat menikmati
rasa sakit!
Akhirnya hari senin datang juga. Senin malam saya putuskan untuk ngapelin pak dokter gigi langganan saya
dan sampai TKP ternyata sudah berderet antrian super panjang para korban sakit
gigi.
Oh no!! saya dapat nomer berapa ini? Bisa nyampe tengah malam baru
diperiksa. Saya putuskan untuk putar balik ke dokter gigi yang lain tentunya
yang sudah pernah saya dengar reputasinya (dari suami saya). Seperti dokter
yang pertama, saya kalah cepat. Puter balik lagi,,, hingga akhirnya saya
menemukan praktik dokter gigi yang tidak begitu banyak yang antre periksa,
hanya ada empat orang yang ada di ruang tunggu termasuk saya. Satu setengah jam
berlalu baru kemudian nama saya dipanggil setelah sebelumnya melakukan
registrasi dan cek tekanan darah dengan asisten dokter gigi.
Saatnya masuk ruang periksa! Ketika masuk ruang periksa sedikit
terkejut melihat pak dokter yang masih sangat muda, mungkin lebih muda dari
saya. Jadi bimbang nih, salah pilih tempat periksa nggak ya? Takutnya saya jadi
korban malapraktik lagi.
Kemudian pak dokter membaca
catatan keluhan saya dan sedikit berbasa-basi.
“ yang tumbuh gigi atas atau bawah mbak?”
“bawah dok”
“sakit nggak mbak?”
“ya sakitlah dok, kalau nggak sakit ya saya nggak kesini dok.”
“ya sudah langsung kita lihat saja giginya.”
Saya kemudian dipersilahkan
menduduki kursi periksa berwarna ping dengan hiasan boneka keropi, boneka
monkey dan lcd tivi tepat di bagian sudut atas kursi. Buka mulut
diotak-atik sebentar dan selesai.
“giginya nggak kelihatan mbak, harus difoto rongent dulu ini, baru
bisa kita lakukan tindakan. Giginya nggak kelihatan, kasus seperti ini biasanya
harus dicabut giginya biar nggak sakit lagi. Jadi nanti kita lihat dulu hasil
rongentnya seberapa dalam giginya menancap di gusi atau di tulang rahang.
Jadi nanti kita bedah gusinya, kita buka dan kita ambil giginya. Kalau
memang giginya masih nancap sedikit di tulang ya kita bor sedikit tulangnya.
Nah kalau nancepnya dalem ya kita potong sedikit tulang yang ditempeli gigi
itu.”
“Apa???? (lebay) duh ngeri sekali dok, ini berarti dioperasi dok”
langsung deh dag dig dug derr.
“santai saja mbak, ini hanya pembedahan kecil kok. Dan udah banyak
yang mengalami kayak mbak ini.”
Haduwhh gimana bisa santai? Ngebayangin gusi mau disuntik jarum aja udah
lemes, lhah ini malah mau dibor pula tulang rahangnya.
Setelah melakukan konsultasi tindakan dan estimasi dana bedah nantinya
akhirnya saya pulang membawa sepucuk surat pengantar rongent panoramic di rumah
sakit tempat pak dokter bertugas. Sesampainya di rumah saya langsung browsing
mengenai pembedahan gigi bungsu, mencoba menenangkan hati berharap posisi gigi
saya nggak parah-parah amat.
Keesokan harinya saya berangkat ke rumah sakit untuk melakukan rontgen
panoramic. Ini hasilnya terettt!!!!
Nah, nantinya dua gigi itu yang akan dicabut oleh pak dokter.
Hari eksekusi pun akhirnya akan dilakukan, saya putuskan untuk datang
lebih awal di tempat praktek pak dokter gigi dan saya dapat giliran pertama,
antara senang dan takut. Beneran deh waktu itu rasanya jantung berdegub kencang
keringat dingin secara saya juga paling takut dengan jarum suntik.
Pak dokter dan asisten sudah
siap, hasil rontgen saya berikan kemudian pak dokter memperhatikan sejenak
langsung deh eksekusi. Satu setengah jam di ruang bedah, entah berapa kali
dokter menyuntikkan obat bius di gusi dan area mulut bagian kiri hingga
kemudian pipi dan mulut saya sebelah kiri benar-benar mati rasa. Kemudian? Ya
saya nggak tahu mulut saya diapain, saya Cuma berani lihat langit-langit ruang
bedah untuk meredam rasa takut. Hanya sesekali pak dokter menanyakan apakah
saya kesakitan atau tidak, kemudian seringkali si asisten menyemprotkan semacam
cairan yang terasa adem di mulut, suara-suara bor gigi pun terdengar jelas
bahkan sampai bau tulang terbakar tercium dengan jelas kalau orang jawa bilang
bau ‘sangit’.
Well done! Selesai! Bercak-bercak darah yang masih menempel di sekitar
mulut, saya bersihkan dibantu oleh dokter dan si asisten.
“gimana mbak? Cepet kan? Gigi bungsu dan akar giginya sudah saya ambil,
tadi tulang rahangnya saya bor sedikit karena akar gigi bungsunya sedikit menempel,
jadi mungkin nanti akan agak ngilu. “
Saya Cuma bisa menggeleng dan
menganngguk menjawab pertanyaan dari dokter karena mulut dijejali kasa untuk
menyumbat perdarahan di gusi.
“tadi lubang di gusi mbak cukup lebar jadi saya memberikan dua jahitan
sehingga nanti mbak seminggu lagi datang untuk melakukan Kontrol dan
pengambilan benang, biar rapi lagi gusinya.” Lanjut pak dokter, kemudian
setelah itu saya diberi obat pereda rasa sakit dan antibiotik. Dan saya pun
langsung pulang, ingin segera minum obat takut semakin kesakitan lagi. Saking
semangatnya saya mengabaikan pesan dokter kalau saya harus minum obat lima
belas menit setelah makan. Waktu itu saya nggak pakai makan, langsung deh minum
obat.
Diluar perkiraan saya hampir dua jam setelah pencabutan gigi bius baru
mulai hilang. Bibir yang mulanya terasa hilang separuh kini telah kembali.
Bersamaan itu pula efek obat yang saya minum hanya bekerja beberapa jam saja.
Setelah itu?? Sensasinya luar biasa, gusi membengkak, nyut-nyutan luarrrr
biasa, pusing luar biasa, dan lapar luar biasa karena kecerobohan saya. Kalau
sudah bengkak dan nyut-nyutan begini mana bisa makan? Buat gerak aja sakit
minta ampun.! Wal hasil semalaman saya tidak tidur karena saya sibuk mengompres
pipi yang membengkan dengan es batu.
Keesokan harinya gusi semakin membengkak kira-kira sebesar telur ayam
kampung, setiap kali efek obat mulai hilang, nyut-nyutan kembali terjadi.
Selain itu juga mulut mulai kehilangan fungsinya, mangap susah, ngomong susah,
ngunyah makanan apalagi. Yah mau tidak mau saya Cuma bisa makan makanan lembek
dengan kapasitas mangap selebar dua centi. Padahal saya paling benci
makan-makanan lembek apalagi bubur. Jadi mikir ‘terkadang sesuatu yang kita
benci menjadi penolong kita tatkala kita sengsara”.
Lima hari berlalu dan pipi masih bengkak, meski mulai berkurang. Ibu
saya jadi parno, gara-gara ada tetangga yang penasaran dengan keadaan saya dan
bercerita pada ibu saya bahwa kenalannya ada yang melakukan bedah gigi seperti
saya dan terjadi malapraktik sehingga si korban harus di rawat di rumah sakit.
Paranoidlah ibu saya, saya sebenarnya juga takut, tapi berdasarkan apa yang
sudah saya baca, hal seperti ini umum terjadi pada pasien bedah gigi bungsu.
Finally, hari kontrol ke dokter gigi datang juga, saatnya nyabut
jaitan dan ngecek keadaan gusi saya. Bayangan rasa sakit dan darah di mulut
lagi-lagi membuat saya merasa takut, ngga kebayang deh betapa sakitnya nanti.
Di tempat praktik dokter gigi saya complain pada pak dokter, kenapa
gusi saya masih bengkak padahal sudah tujuh hari berlalu sedangkan kata pak
dokter waktu itu penyembuhan kurang lebih lima sampai tujuh hari. setelah
diperiksa ternyata gusi saya dan jahitannya baik-baik saja dan benang siap
untuk diambil, kata pak dokter bengkak yang belum mengempis seratus persen
karena efek pengeboran di tulang. Beberapa menit kemudian crut crut cairan dari
selang kecil disemprotkan benang digunting dan ditarik, terasa sekali ketika
ditarik tapi tidak begitu sakit. Selesai! Benar-benar selesai. Saya diberi multivitamin agar penyembuhan
bisa lebih cepat. Tiga hari berikutnya mulut dan gigi saya bisa normal kembali,
bahagia sekali rasanya. Tentunya ibu saya yang lebih bahagia karena saya tidak
terkena komplikasi apapun setelah melakukan pencabutan gigi bungsu ini. Alhamdulillah,,
Nih penampakan gigi bontot yang sensasional itu..
Anyway kasihan juga si gigi bungsu ini, baru juga nampak ujung giginya
belum menjalankan fungsinya dengan baik dan benar eh,,,harus dicopot jabatannya. hihihi. ya sudahlah, akhirnya saya harus mengucapkan
"Gigi bungsu?? Bbbbbye!!"
Selasa, 15 Juli 2014
Jangan pinjam Selimut tetangga!
Beberapa waktu
yang lalu sempat ada film televisi yang dibintangi ust.Riza Muhammad bersama
sang istri (saya lupa siapa namanya). Ceritanya sih biasa saja tapi
soundtracknya yang luar biasa, Selimut Tetangga judulnya dinyanyikan oleh
grupband Repvblik. Kenapa luar biasa? Pertama itu lagu yang seringkali di
nyanyikan ibuku yang notabenenya udah nenek-nenek (meski masih muda), apa tidak
luar biasa tuh? Sampai ibuku yang sudah tak muda lagi bisa terhipnotis dengan
lagu ala anak muda ini. Kedua, ternyata lagu ini juga nangkring di top chart
download alias lagu yang sering diunduh di situs-situs musik Indonesia seperti
gudanglagu dan stafaband. Ketiga, liriknya ternyata luarrr biasa! Luar biasa
membuat saya bingung menerjemahkan maksud si pembuat lagu. Membuat saya
menerka-nerka “maksud” dari lirik lagu ini. Khususnya bagian refferennya.
Bagi yang
belum tau lirik lagunya, ini dia:
Bersabarlah sayang,
aku akan pulang.
Jangan dengarkan
gossip murahan tentang aku.
Berjanjilah sayang
tuk slalu setia
Meski ku tak
slalu disampingmu
Tak usah
menangis meratapi aku
Tak perlu kau
berfikir ku meninggalkanmu.
Reff:
Mana mungkin
selimut tetangga
Hangat di
tubuhku dalam kedinginan
Malam-malam
panjang setiap tidurku
Selalu kesepian.
Lirik intinya
seperti itu, Cuma kalau dalam lagu aslinya lirik di atas di ulang dari atas ke
bawah beberapa putaran notasi lagu. Inti dari lirik lagu di atas adalah sebuah
penegasan dari seorang lelaki kepada pasangannya bahwa hanya ialah satu-satunya
wanita yang selalu ia cintai meskipun jarak memisahkan mereka. Sebuah penegasan
bahwa gossip beredar bahwa ia berpaling pada wanita lain itu tidak benar
adanya. Just it! Lah terus apa masalahnya?
Sekarang marilah
kita berpikir logis dan kritis pada bagian “Mana mungkin selimut tetangga Hangat
di tubuhku dalam kedinginan. Malam-malam panjang setiap tidurku Selalu kesepian.”
Dalam bagian ini penyair ingin menyatakan bahwa tak ada wanita lain yang mampu
menggantikan pasangannya walau kesepian melanda. Tapiiii,,dari syair “Mana mungkin
selimut tetangga Hangat di tubuhku dalam kedinginan….” tersebut dapat ditarik dua
indikasi. Pertama sang lelaki tidak pernah sekalipun berniat memakai “selimut
tetangga” yaitu konotasi dari wanita lain untuk menemani malam-malam ketika tak
bersama sang kekasih. Jadi, mau tampak sebegitu tebal dan hangatnya “selimut
tetangga”, lelaki ini tak berniat memakainya artinya lelaki ini tak tergoda
oleh wanita lain ketika sedang menjalani long
distance relationship dengan sang pasangan.
Indikasi kedua
ini yang lebih logis “lah kok tau kalau selimut tetangga tak hangat ditubuhnya?”
berarti lelaki ini pernah nyoba pakai “selimut tetangga” donk? tapi berhubung
ternyata tidak bisa menghangatkan tubuhnya dibalikin lagi deh tuh sama yang
empunya. Artinya lelaki tipe kedua ini pernah tergoda oleh iming-iming selimut
tetangga sebelah dan sepertinya lelaki semacam ini akan mudah tergoda kalau
ternyata ada selimut tetangga yang benar-benar hangat untuknya.
Nah kalau
anda juga sedang menjalani LDR dengan seseorang dan tiba-tiba menyenandungkan
lagu ini kepada anda kemungkinan pasangan anda tengah berada dalam indikasi
satu atau dua dari yang di atas. Jangan ditanyakan jika pasangan anda
terindikasi pada jawaban yang kedua karena nantinya akan menyakiti hati anda
sendiri terlebih jika anda seorang wanita. Toh apapun indikasinya, tergoda
ataupun tidak akhirnya pasangan anda akan kembali memilih anda (jika sesuai
lirik lagu).
Malam sudah
mulai dingin, siapkan selimut anda sebelum kedinginan. Kalau nggak punya
selimut, beli dulu sana! Jangan pinjam selimut tetangga! Kalau selimut tetangga
kamu pinjem, terus dia pakai selimut siapa coba? Sadarlah, tetanggamu juga akan
kedinginan tanpa selimutnya!
Just it. Just
for fun. ^_^
By:rinai
hujan
Jumat, 04 Juli 2014
cerpen
Cukup Aku
“
aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu.
Aku
ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu….”
Waktu menunjukkan pukul
20:00 seorang pemuda berperawakan sedang bertubuh kurus bersenandung di depan
kos yang sudah ku huni selama dua tahun ini. Itsar nama pemuda itu, orang yang
selalu mengaku teman dekat dari salah satu penghuni kos ini, Maeda. Sudah
kesekian kalinya Itsar melakukan hal bodoh yang ia sebut dengan cinta. Jika ku
hitung-hitung pakai jari sudah tujuh kali Itsar bersenandung cinta di depan kos
dan selalu berakhir dengan makian bapak kos sebelah.
Kadang aku heran dengan
lelaki satu itu bisa-bisanya bertingkah seperti itu, apa isi kepalanya? Dimana
urat malunya? Tujuh kali ‘nembak’ Maeda, selalu berhasil ditolak mentah-mentah
bahkan kali ini sebelum ngomong mau ‘nembak’ pun sudah ditolak Maeda.
“ sar aku tahu apa
modus kamu, aku sudah berulang kali ngomong sama kamu baiknya kita tetap
berteman saja. Kalau kamu terus seperti ini sama saja kamu mempermalukan dirimu
sendiri. Pliss pulang sekarang juga..”
Aku dengar jelas
perbincangan mereka dari balik tembok kamar kos ku. Ucapan Maeda pelan tapi ‘nusuk
banget’. Tapi herannya Itsar tidak tersinggung sedikitpun, dia langsung pulang
sembari berkata “ Maeda, besok berangkat kerja aku jemput!”
Seperti hari-hari
sebelumnya setelah aksi penolakan dari Maeda, Itsar pagi-pagi sekali sudah nge-time di depan kos untuk menjemput Maeda.
Dan lagi-lagi seperti hari sebelumnya Maeda akan menolak tawaran Itsar untuk
berangkat ke kantor bersama. Lalu apa yang dilakukan Itsar? Kalau sudah begitu Itsar
hanya bisa mengikuti Maeda dengan vespa 946 kebanggaannya yang sengaja ia
kendarai perlahan. Kemudian menemani Maeda menunggu angkot dan setelah itu
kembali membuntuti Maeda dari belakang angkot. Biasanya kalau tidak membuntuti
dengan cara itu Itsar akan pakai cara kedua yaitu menitipkan motornya di kos kemudian
ikut naik angkot bersama Maeda.
Cinta memang bisa
membolak balikkan dunia. Yang tadinya pemalu bisa jadi pemberani, yang tadinya
pintar jadi bodoh, yang tadinya tak begitu pintar bisa menjadi sangat cerdas
gara-gara cinta. Lebih tepatnya cerdas mencari alasan untuk sekedar melihat
sang pujaan meski hanya sesaat. Demikian halnya yang terjadi pada Itsar. Setiap
hari ia datang ke kos niatnya menjemput eh selalu berakhir dengan penolakan dan
masih datang lagi? Setiap malam minggu pun datang dengan berbagai alasan, mulai
dari mengantar flashdisk yang ketinggalan di kantor, mengantarkan i-pad yang
ketinggalan padahal dia tahu kalau barang-barang itu sengaja ditinggalkan Maeda
dikantor dan yang paling parah adalah alasan nganterin tisu wajah yang ada di
meja kerja Maeda. Cinta oh cinta.
Suatu ketika aku pernah
bertanya pada Maeda kenapa ia selalu bersikap dingin pada Itsar padahal sudah
jelas-jelas Itsar sangat mengharapkan Maeda membalas cintanya. “ nunggu dia
nembak Sembilan kali baru aku terima” jawab Maeda sembari tertawa terbahak.
Setauku prosesi
‘nembak’ yang dilakukan Itsar sudah yang ke tujuh kali ini. Itu pun tak
termasuk peristiwa yang seperti kemarin.
Terkadang aku merasa
kasian dengan Itsar harus jungkir balik demi memperjuangkan cintanya. Suatu
ketika aku pernah bertanya padanya kenapa dia tak cari wanita lain saja yang
lebih dari Maeda.
“wanita yang lebih
cantik banyak, yang lebih pandai juga banyak tapi yang sesuai dengan jiwa dan
hati kita itu yang susah ditemukan. Lagipula cuma dia satu-satunya wanita yang
bisa membuat otakku menjadi tak waras, tak ada yang lain.” Itu jawabnya.
“ya, sampai urat malumu
putus kan?” sahutku. Dan dia hanya tertawa.
“begitukah?” tanyanya
sambil menertawakan dirinya sendiri.
“Sar, kamu gak sakit
hati berulang kali ditolak mentah-mentah Maeda?”
“nggak lah, lebih sakit
membayangkan dia duduk di pelaminan bersama orang lain daripada mengingat
penolakannya.? Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”
“kamu itu terlalu
ambisius sar. Kamu nggak bisa ya seperti laki-laki lain, mencintai sekedarnya
saja jika cinta diterima ya Alhamdulillah. Kalau ditolak ya sudah berarti kita
harus merelakannya untuk orang lain. Lagipula bukankah cinta tak harus
memiliki? Bukankah melihat orang yang kita cintai bahagia bersama dengan yang
lain juga akan membuat kita bahagia. So, kita nggak perlu se’ngoyo itu sar,
nantinya kamu juga yang akan tersakiti sar.”
“ yah inilah cintaku Wi’,
bagiku cinta selalu ingin memiliki, apalah arti mencintai jika kita tidak
memiliki orang yang kita cinta. Kalau kita bisa membuatnya bahagia bersama kita
kenapa harus cukup puas melihat mereka bahagia bersama yang lain dari kejauhan?
Kalau kita punya bahu tempat ia bersandar kenapa harus merelakan ia menangis di
bahu yang lain. Hanya pecundang sejati yang menyerah begitu saja. Aku akan
memperjuangkan cintaku sampai titik darah penghabisan. Selama Maeda belum duduk
bersanding dengan pria lain aku takkan berhenti menawarkan hatiku padanya.”
Jawaban diplomatis dari seorang pejuang cinta yang semakin membuatku pusing
untuk menerjemahkan apa itu cinta yang sebenarnya.
Perbincangan sore itu
menjadi perbincangan terakhirku bersama Itsar karena setelah itu Itsar dipindahtugaskan
di pulau Natuna untuk kepentingan perluasan jaringan perusahaan kami. Siang
hari sebelum Itsar terbang ke pulau kecil itu ia sempat datang ke kost
menyambangi Maeda untuk terakhir kalinya sebelum ia pergi. Diberikannya sebuah
CD kepada Maeda, tak sampai lima menit Itsar langsung pergi dari kos. Maeda tak
lantas membuka kaset berbungkus kertas bergambar daun waru dan berhias pita
merah jambu itu. Baru malam hari setelah ku paksa ia untuk membukanya, Maeda berkenan
memutar kaset tersebut di computer jinjingnya.
“ah paling juga rekaman
video narsis Itsar lagi nyanyi-nyanyi Wi’” ucapnya sembari menyelipkan piringan
kaset disket itu.
Ya memang benar sosok Itsar
yang muncul dalam video tersebut menyanyikan sepotong lagu andalannya
‘Dealova’. Tapi tak sampai disitu ternyata Itsar menyampaikan pesan dalam video
tersebut.
“May..sore ini aku akan
pergi meninggalkan kota penuh kenangan ini, kamu pun tahu aku harus pergi ke Natuna
demi pekerjaan. Jangan mencariku, esok aku takkan menjemputmu seperti biasa.
Jangan merindukanku karena mulai besok takkan ada lagi pemuda bergitar yang
bersenandung di depan kostmu. Mungkin setelah ini aku akan sulit menghubungimu
karena di sana jaringan selular maupun jaringan internet sama langkanya. Meski
begitu cintaku tak kan pernah langka untukmu.
Dua tahun nanti akan
menjadi waktu yang sangat panjang untukku. Aku harus melewatinya tanpa tawa
ceriamu, tanpa kritikan pedasmu, tanpa penolakan manis darimu. Aku akan sangat
merindukanmu.
May untuk kesekian
kalinya tak bosan ku katakan bahwa aku sangat mencintaimu dan aku ingin
memilikimu.
May aku ingin
mengajukan sebuah pertanyaan yang harus kau jawab sebelum aku pergi. May maukah
kau menerima cintaku? Atau setidaknya adakah sedikit ruang hatimu yang bisa ku
tempati?
Jika cintaku kali ini
berbalas datanglah ke bandara sore ini, kau tak perlu bilang apa-apa. cukup kau
datang saja aku tlah bisa memastikan apa jawabanmu. Dan akan kupastikan dua
tahun mendatang aku akan datang menemuimu dan orangtuamu untuk meminangmu.
Tapi jika jawabanmu
seperti hari yang lalu, kau tak perlu datang mengantar kepergianku. Dan ku
pastikan aku tak akan mengganggu hari-harimu mendatang dan tak akan memaksamu
untuk merasakan besarnya cintaku padamu.
Ku mohon untuk kali ini
saja jawablah pertanyaanku sejujurnya. Ku tunggu kau di bandara hingga pukul
16;15.”
Seusai menyaksikan
video itu berulang kali ku lihat Maeda memencet tombol-tombol handphonenya
sejenak kemudian ia terburu-buru sekali mengambil jaketnya dan berlalu begitu
saja. Dua jam berlalu tanpa kabar dari Maeda, membuatku khawatir akan
keberadaannya. Hampir jam sepuluh malam belum juga Maeda menginjakkan kakinya
di kos, tak biasanya seperti ini. Ku putuskan untuk menelponnnya.
“kamu dimana May?”
“bandara..” jawabnya
dari seberang sana, lirih terdengar.
“kamu nggak pulang?
Atau mau menginap dimana gitu?”
“aku tak tau harus
pulang kemana Wi’, aku lupa arah jalan pulang.”
“jangan kemana-mana,
aku jemput sekarang.”
Aku pun langsung
bergegas menuju bandara yang hanya butuh waktu tiga puluh menit dari kos kami.
Sebenarnya sangat tidak mungkin kalau Maeda lupa arah jalan pulang ke kos,
mengingat bandara ini selalu ia lewati setiap kali berangkat ke kantor. Tapi
entahlah, mungkin ini yang mereka sebut dengan patah hati, sisi lain dari cinta
yang sangat menyeramkan. Patah hati bak virus jahat yang dengan sekejap merusak
sistem kebahagiaan yang diproduksi endorphin. Sebegitu ganasnya virus ini
sampai bisa membuat manusia jadi limbung, hilang nafsu makan, hilang semangat
kerja dan bahkan pikun sesaat.
Sesampainya di bandara
terlihat sosok Maeda duduk di lobbi bandara. Saat aku tiba di sana Maeda begitu
saja memeluk tubuh ringkihku yang tak lebih tinggi darinya. Isak tangisnya
membuat suaranya hilang hingga tak bisa berkata sepatah katapun.
Sepanjang jalan pulang Maeda
tak berkata apa-apa, pun aku tak berani bertanya kenapa. Ku lihat dari kaca
spionku sesekali ia nampak mengusap air mata yang menetes perlahan di pipinya. Tak
pernah ku lihat pemandangan yang semacam ini sebelumnya. Mungkin saat ini ia
baru sadar bahwa ia sangat terlambat. Terlambat mengetahui bahwa ia telah jatuh
cinta pada seorang lelaki bernama Itsar. Cinta terkadang datang tatkala orang
yang kita cinta beranjak pergi dari sisi kehidupan kita.
***
Tiga tahun telah berlalu
tak ku dengar lagi kabar tentang keberadaan Itsar sedang Maeda masih berharap Itsar
akan datang kembali seperti hari yang lalu. Kabar terakhir yang ku dengar dari
teman sekantor Itsar, ia telah pulang dari Natuna setahun yang lalu tapi
sayangnya ia telah hijrah juga ke perusahaan telekomunikasi lain. Kalaupun
memang Itsar sudah pulang kenapa ia tidak mencari Maeda lagi? Apa ia benar-benar telah melupakan Maeda?
Ataukah dia menemukan pengganti Maeda? Pelbagai pertanyaan terlontar di otakku,
mana mungkin seorang lelaki yang kemarin menasbihkan dirinya sebagai pejuang
cinta tiba-tiba hari ini lupa ingatan pada apa yang dicintanya?
Sore ini sepulang kerja
kutemukan sepucuk surat undangan pernikahan di depan pintu kamar kostku. Dalam
sepucuk kertas beraroma wangi itu tertulis jelas nama Itsar dan seorang wanita
sebagai sepasang calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan esok lusa.
Saat itu juga aku terpikir untuk menyembunyikan undangan itu dari Maeda tapi
jika ku sembunyikan sama saja membuat Maeda terus menanti kedatangan Itsar yang
telah memutuskan untuk berpindah ke lain hati. Akhirnya ku putuskan untuk
menyampaikan undangan ini kepada Maeda dengan resiko aku akan kembali melihat tangisnya,
jawaban atas penantian yang sia-sia.
Keesokan harinya Maeda kekeuh
memintaku untuk mengantarnya ke acara akad nikah Itsar. Sebenarnya aku melarang
Maeda datang kesana. Aku tak tega melihat Maeda kehilangan cinta yang baru saja
ia temukan tiga tahun terakhir ini, membayangkannya saja aku tak tega.
Maeda terus memaksa “mungkin
dulu aku tidak sempat membuat ia bahagia Wi’, tapi setidaknya doaku kali ini bisa
turut mengantarkannya ke kehidupan baru yang lebih bahagia” dan tak ada pilihan
lain selain mengiyakan permintaannya.
Setibanya di tkp
(tempat kejadian pernikahan) masih belum banyak tamu yang hadir karena acara
sakral ini hanya diperuntukkan keluarga serta teman dekat dari mempelai.
Terlihat Itsar tengah duduk bersama seorang mempelai wanita disampingnya
menunggu kedatangan pak penghulu duduk membelakangai kami. Saat itu Itsar tidak
menyadari kehadiran kami hingga pak penghulu datang dari arah kami yang
membuatnya membalikkan badan untuk menyapa lelaki tengah baya itu. Seketika itu
juga tak sengaja Itsar melihat Maeda yang duduk disampingku. Untuk pertama
kalinya mereka berdua bertatap mata yang tak pernah ku lihat di tahun-tahun
yang lalu, hanya dalam hitungan detik bola mata Maeda berkaca-kaca tanpa ia
sadari. Itsar pun kembali ke tempat duduknya seolah tak mempedulikan Maeda.
Sepertinya hati memang begitu mudah dibolak-balikkan oleh Tuhan. Kemarin Itsar
yang menangis karena penolakan Maeda, sekarang berbalik Maeda yang menangisi
cinta yang sempat ia acuhkan.
Ijab qabul pun akan
segera dimulai. Nampak Pak Penghulu menjabat tangan Itsar, pertanda akad akan
segara dilaksanakan. Tapi itsar kembali berdiri, ku lihat Itsar memeluk calon
mempelai wanita yang terlihat cantik mengenakan kebaya bernuansa putih suci.
Cukup lama mereka berpelukan hingga nampak mereka berdua menitikkan airmata.
Prosesi yang sangat mengharukan pikirku. Sejenak kemudian Itsar dan calon
istrinya bergandeng tangan menuju arah kami. Itsar dan wanita itu mendatangi
Maeda yang duduk disampingku. Tiba-tiba saja itsar berlutut di depan maeda.
“ Maeda maukah kau
menikah denganku?” ucap Itsar mengejutkan semua tamu bersamaan dengan itu
dibukanya kotak kecil berisi sepasang cincin.
Hah??? Apa-apaan ini? Drama
macam apa ini? Pikirku mungkin juga sama isi pikiran seluruh tamu yang ada di
ruangan ini.
“Itsar jelaskan padaku
apa maksudmu berbuat seperti ini? Ku mohon jangan bertindak bodoh seperti ini! Kalau
keberadaanku disini hanya merusak pernikahanmu, aku akan pergi sekarang juga.” Maeda
menarik tanganku dan beranjak dari tempat duduknya.
Baru saja kami akan
melangkah, calon istri itsar menarik tangan Maeda “Maeda,,,menikahlah dengan Itsar.
Dia sering menceritakan semua tentangmu padaku. Dia sangat mencintaimu.
Percayalah padaku sebenarnya kami tak saling mencintai. Semua ini hanya
pelarian atas luka di hati kami. Aku akan bahagia jika kalian bisa bersama.”
Lirih ku dengar suara wanita itu. Sejenak kemudian ditariknya tangan Itsar disandingkan
dengan jemari Maeda.
“Maeda, mungkin mulutmu
bisa menutupi rasa dihatimu tapi tidak dengan airmatamu. Mata kalian tidak bisa
berbohong kalau kalian saling mencintai.” Lanjut wanita itu lagi.
“Maeda jika semua ini adalah kebodohanku, ku
mohon maafkanlah aku. Maafkan aku yang tak pernah bisa membohongi hati kecilku
bahwa aku sangat mencintaimu. Aku tak pernah bisa melupakanmu, sedetikpun. Aku bisa
tahan bila kau acuhkan aku tapi aku tak bisa jika harus melihatmu menitikkan
airmata seperti ini” Ucap Itsar sembari menghapus tetes air mata yang mengalir
di pipi Maeda.
“Itsar hentikan semua
ini!” disingkirkannya tangan Itsar dari wajahnya. Suasana menjadi hening
seketika itu.
“Aku yang seharusnya
minta maaf padamu. Maafkan aku yang terlambat mengakui bahwa aku juga mencintaimu.
Seharusnya aku yang memohon padamu untuk memaafkan aku dan memohon agar kau mau
menaungi hatiku hingga akhir hayatku. Maukah kamu?” Sebuah pengakuan yang
menjadi jawaban kegalauan mereka selama ini dan tak perlu ada jawaban lisan
dari Itsar, rasanya sebuah peluk hangat dari Itsar lebih dari cukup menjawab
kesanggupan yang dipertanyakan Maeda.
Itsar pada akhirnya hanya
kamulah satu-satunya lelaki yang bisa membahagiakan Maeda, satu-satunya lelaki
yang menjadi tempat bersandar segala letih Maeda. Semoga Tuhan selalu
menguatkan cinta kalian berdua. Aku turut bahagia menjadi saksi atas perjalanan
cinta kalian. Barakallah..
By: rinai hujan
Langganan:
Postingan (Atom)